10 Potret Kehidupan Nyata di Korea Selatan yang Tak Seindah Drakor
ngasih.com. Drakor a.k.a drama Korea bagi sebagian orang rasanya sudah mendarah daging. Tiada hari tanpa mengulang-ulang episode yang sudah ditonton hingga puluhan, bahkan ratusan kali. Kalau sudah begitu, bisa lupa waktu, lupa makan, lupa mandi, kadang lupa untuk kembali ke dunia nyata.
Menurut mereka, kehidupan dalam drakor selalu tampak seru, manis, dan romantis. Apalagi, jika melihat paras flawless semua bintang drakor. Bening, adem, dan bikin bahagia. Wajar saja jika serangkaian skincare asal Korea digandrungi oleh perempuan di Indonesia.
Pengemasan drakor sebagai citra kehidupan Korea Selatan yang menyenangkan, jelas berhasil bikin para ABG mendambakan hidup di sana, ketemu oppa ganteng, lalu hidup sejahtera selama-lamanya. Tapi, itu kan ekspektasi mereka. Sementara itu, realitanya jauh berbeda.
Kehidupan di Korea Selatan itu keras, Mbaksis! Faktanya, tingkat kebahagiaan penduduk di sana termasuk yang terendah. Jauh lebih rendah daripada Indonesia. Kamu juga pasti ingat, dengan anggota boyband yang bunuh diri karena tekanan batin.
Penasaran, kan? Kenapa sih mereka bisa begitu tersiksa?
Berikut ini 10 alasan yang bikin hidup di Korea Selatan jauh lebih berat dari yang tampak dalam drakor:
1. Selalu tergesa-gesa
Orang-orang di sana selalu berkejaran dengan deadline dan jadwal. Tidak ada waktu luang untuk berleha-leha atau melamun membayangkan pujaan hati. Dalam dunia nyata, waktu tidak akan menunggu!
2. Kompetitif
Gengsi yang tinggi membuat orang-orang Korea Selatan terpacu untuk selalu lebih unggul dari orang lain. Tidak ada celah untuk mengalah. Ambisi juara yang mereka miliki, bisa dikatakan tinggi sekali.
3. Standar akademik yang ambisius
Kerasnya kehidupan para pelajar di korea selatan agar bisa survive dalam bidang pendidikan akademik, para pelajar di sana harus banting tulang untuk memenuhi standar. Sehingga, mereka rela pulang larut malam hanya untuk mengikuti bimbingan belajar rutin setiap hari.
4. Kesenjangan sosial
Perbedaan status sosial, sangat tampak dalam kehidupan di Korea Selatan. Akibatnya, sebagian orang kaya yang arogan, sering kali memandang rendah rakyat biasa.
5. Kesenjangan pendapatan
Perputaran kekayaan yang tidak merata, menjadikan orang kaya makin kaya dan orang miskin makin miskin. Ya, persis lagu Rhoma Irama.
6. Senioritas dan bullying
Di lingkungan kerja maupun sekolah, senioritas dianggap penting. Positifnya, mereka jadi sopan banget sama orang yang lebih tua. Tapi, negatifnya, bullying merajalela.
7. Standar kecantikan terlalu perfeksionis
Sudah bukan rahasia lagi kalau Korea Selatan jadi surga bagi pegiat operasi plastik. Penampilan tubuh, wajah, dan mode, memang penting banget di sana. Standar kecantikan yang tidak realistis, bikin banyak orang berwajah “pas-pasan” depresi.
8. Kebebasan berpendapat masih terikat
Meski Korea Selatan termasuk negara demokratis, kebebasan berpendapat di Indonesia masih lebih hingar bingar. Dalam beberapa hal, hak-hak rakyat masih terkekang. Terutama, terkait nasib orang-orang yang dianggap “rakyat jelata”.
9. Perseteruan dengan Korea Utara
Ketegangan politik dengan tetangga ini bikin tidak nyaman. Para pemuda harus mengikuti wajib militer, dan harus siap kapan saja jika tekanan dan ancaman dari Korea Utara datang sewaktu-waktu.
10. Musim dingin yang ekstrem
Salju putih turun perlahan, kekasih di ujung jalan, disinari lampu temaram, hanya sisi romantis yang tidak sesuai kenyataan. Realitanya, musim dingin di Korea Selatan sering kali penuh badai dan angin kencang, sehingga menyulitkan aktivitas warga.
Sekarang sudah tahu kan, hidup di Korea Selatan itu berat. Wajah rupawan, harta berlimpah, tak ada artinya jika hati tak bahagia. Sudah, kamu nggak akan kuat, biar mereka saja! 10 Alasan Ini Bikin Hidup di Korea Selatan Tak Seindah dalam Drakor. -#NSP