Gambar Seorang Kakek di Sampul Iqro, Siapakah Beliau ?
Siapa yang tak mengenal buku Iqro?
Kalau kita muslim dan rajin mengaji sedari kecil, pasti buku ini sudah sangat familier. Namun pernahkah kamu memerhatikan model cover-nya? Di sana terdapat foto kakek-kakek berkacamata dan mengenakan peci. Beliau itu siapa, ya?
Nah ternyata beliau adalah Bapak K.H. As’ad Humam. Bagi sebagian besar dari kita, namanya mungkin tak langsung bunyi di kuping. Namun siapa sangka, beliau memiliki keistimewaan dan peran yang sangat besar bagi kita.
Bapak K.H. As’ad Humam dan Penyakit Pengapuran Tulang
Beliau lahir di Yogyakarta pada tahun 1933. Ketika masih remaja, beliau menderita pengapuran tulang dan harus rela menjalani perawatan di rumah sakit. Penyakit tersebut tentu saja mengusik gerak beliau, bahkan ketika menjalankan ibadah solat. Beliau tak mampu ruku dan sujud, melainkan cukup dengan duduk. Meski demikian, beliau sangat mengutamakan ibadah wajib tersebut.
Dari Pedagang Sampai Ke Tokoh Pendidikan Islam
Putra dari Bapak H. Humam Siraj. ini sempat menjalani profesi sebagai pedagang emas imitasi di Pasar Bringharjo, sekitar jalan Malioboro, Yogyakarta. Beliau kemudian berkenalan dan berhubungan dekat dengan Bapak K.H. Dahlan Salim Zarkasyi. Sosok Kyai ini kemudian mengajak beliau agar lebih aktif berkecimpung di dunia pendidikan Islam.
Selisih Paham Antara Kyai As’ad dengan Kyai Dahlan
Pertemanan ini yang membuat beliau turut membantu menerapkan metode qiroati yang diandalkan Kyai Dahlan. Beliau juga mulai berani mengungkap serta mengembangkan idenya, yakni metode Iqro. Menurutnya metode tersebut bisa mempercepat dan memudahkan santri ketika belajar Alqur’an. Namun karena berbeda prinsip, Kyai Dahlan kurang sepakat dengan metode tersebut.
Meski demikian, perbedaan adalah rahmat. Kyai Dahlan pun memiliki andil yang sangat besar terhadap perkembangan pendidikan Alqur’an (qiraati). Metode yang beliau junjung pun membuat para murid atau santri semakin mahir dan tartil ketika membaca ayat-ayat suci.
Pengembangan Metode Iqra
Akhirnya Kyai As’ad mengembangkan sebuah kelompok belajar eksperimental. Tim Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Musholla (AMM) Yogyakarta turut membantunya dalam menggunakan metode Iqro. Hasilnya yang positif terus dimantapkan, dan metode tersebut populer dengan sebutan cara belajar membaca Alqu’ran secara praktis.
Metodenya ini terus dikembangkan dan dirangkum dalam 6 jilid kitab. Ukurannya dibuat seukuran saku, sehingga lebih simpel dan bisa dibawa ke mana-mana. Bukunya juga sangat interaktif, jadi siswa bisa belajar serta mengevaluasi diri. Popularitas metode Iqro ini menjalar ke seluruh penjuru negeri, bahkan sampai ke negeri jiran (Malaysia).
Kabar duka datang pada 02 Februari 1996. Kyai As’ad wafat di usianya yang ke-63 tahun. Sementara Kyai Dahlan wafat pada 20 Januari 2001. Namun beliau berdua pulang dengan mewariskan metode pembelajaran Alqur’an yang sangat fenomenal dan berpengaruh dari generasi ke generasi.
Jasad mereka memang sudah tiada, namun jasa mereka pasti kekal selamanya. Subhanallaaah. Biografi atau Profil Singkat Kakek-Kakek yang Jadi Cover Buku Iqro, Siapakah Beliau? (dari berbagai sumber) #RD
You may also like
-
Remitted lebih mudah dengan pakai aplikasi digibank transfer valas!
Trade war atau perang dagang yang terjadi antara Amerika serikat dan China sejak satu tahun lalu rupanya semakin memanas. Perang dagang yang melibatkan dua Negara eksportir terbesar di Dunia ini bukan hanya memberikan efek terhadap kedua Negara tersebut, melainkan juga secara global. Meski sudah ... -
Laris Manis, Lebih dari 1.000 Unit Mitsubishi Xpander Cross Sudah Dipesan
Jakarta – Setelah pertama kali diluncurkan pada 12 November 2019, Mitsubishi Xpander Cross telah mengantongi pemesanan sebanyak 1.000 unit lebih. Melihat angka tersebut, penerimaan konsumen Tanah Air terhadap Mitsubishi Xpander Cross terbilang sangat baik. “Mitsubishi Xpander Cross dipesan lebih dari 1.000 unit. Karena dibarengi ...